LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMENTAL II TERAPI INTRA VENA (INFUS)
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA EKSPERIMENTAL II
TERAPI INTRA VENA (INFUS)
Pelaksanaan Pratikum
Hari : Senin Tanggal : 16 September 2019 Jam ke : 11-12
Oleh :
Asthesia Dhea Cantika ( 081711333020 )
Renza Anggieta M M ( 081711333082 )
Sofian Iramanda ( 081711333083 )
Yessi Okta Intani ( 081711333084 )
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Suhariningsih
Nurul Fitriyah,S.Si., M.Sc
LABORATORIUM BIOFISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
ABSTRAK
Terapi intra-vena atau infus merupakan tindakan memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi, obat ke dalam tubuh melalui intravena yang biasanya diberikan kepada pasien yang tidak sadar, tidak dapat menelan, dehidrasi atau syok untuk memberikan garam yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Praktikum Terapi Intra Vena (,Infus) ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja terapi intra-vena, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus dan menentukan ukuran volume tetesan dan kecepatan aliran cairan infus. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu statif, infus set, botol infus, gelas ukur, stopwatch, klem penjepit selang, tabung bertekanan, pompa pengatur tekanan dan manometer. Praktikum ini ada 3 hal yang dilakukan yaitu, penentuan volume tetes dan laju alir cairan infus, penentuan hubungan antara laju alir terhadap perubahan tekanan botol untuk ketinggian botol tertentu dan penentuan hubungan antara laju cairan terhadap ketinggian botol infus untuk tekanan botol tertentu. Hasil percobaan pada eksperimen ini menunjukkan bahwa prinsip kerja terapi intra vena dapat diketahui dengan model fisis tabung bertekanan yang berfungsi sebagai pembuluh vena. Pengaturan tekanan dilakukan dengan menggunakan pompa dan melihat besar tekanan yang diberkan dengan menggunakan manometer, serta ketinggian dalam terapi intra vena sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran infus
.
Kata kunci : Terapi intra-vena, tekanan, ketinggian.
A. TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja terapi intra-vena
2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus
3. Menentukan ukuran volume tetesan dan kecepatan aliran cairan infus.
B. DASAR TEORI
Di Indonesia yang merupakan daerah tropis banyak dijumpai gejala penyakit bersifat mewabah seperti muntaber dan demam berdarah. Penderita penyakit tersebut sering membutuhkan intravena. Terapi ini bertujuan mengembalikan keseimbangan cairan tubuh yang merosot akibat penyakit-penyakit tersebut. Terapi intravena atau yang dikenal sebagai pemberian cairan infus pada penderita penyakit yang mengalami ketidakseimbangan cairan tubuh seperti pulih yang diharapkan.
Proses pemberian cairan infus harus dilakukan dengan teliti dan cermat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian cairan infus, antara lain:
Pemilihan jenis larutan infus yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien
Pemilihan volume botol cairan
Penentuan kecepatan aliran cairan yang disesuaikan dengan kebutuhan terapi
Kontinuitas aliran cairan harus terjaga dengan baik
Volume dan kecepatan aliran cairan infus sangat ditentukan oleh jenis dan ukuran botol maupun perangkat selang yang digunakan.
Berdasarkan ukuran volumenya botol infus yang banyak digunakan di rumah sakit adalah botol infus dengan volume 250 ml dan 500 ml. Pemilihan jenis botol ini dengan pertimbangan waktu, jumlah, dan kebutuhan akan jenis larutan yang dibutuhkan. Dalam proses terapi sering dilakukan perubahan jenis cairan infus yang digunakan, sehingga komposisi, jenis, dan volume cairan yang digunakan harus diusahakan secara optimal.
Selain pertimbangan volume dalam proses terapi intravena juga harus memperhatikan kecepatan aliran cairan tubuh yang disesuaikan kondisi pasien. Kecepatan aliran cairan infus yang dibutuhkan orang tua berbeda dengan anak-anak maupun belita. Berdasarkan pertimbangan inidalam prakteknya secara garis besar terdapat dua model infus set, yakni infus berskala mikro dan makro. Dalam perkembangannya terdapat beberapa tipe infus dengan variasi ukuran volume tetes cairan yang beragam, sesuai kebutuh erapi.
Infus berskala mikro diguakan pada pasien balita, secara kualitatif infus mikro ini memeberikan 60 tetesan cairan per ml. Adapun infus berskala makro digunakan pada pasien dewas, dengan 20 tetesan per ml cairan yang diberikan. Untuk mengatur kecepatan aliran pada selang infus dipasang klem penjepit yang berfungsi mereduksi kecepatan aliran tersebut.
Untuk mengetahui mekanisme kerja terapi infus digunakan model fisis terapi intravena seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Botol bertekanan meupakan model untuk pembuluh vena bertekanan P1 (tekanan diastolik). Pengaturan nilai tekanan diastolic tersebut dilakukan dengan menggunakan pompa. Adapun nilai tekanan diukur dengan manometer (M). Tekanan dalam botol yang menggambarkan tekanan diastolic sebesar P1 mengakibatkann air dalam botol naik ke dalam selang hingga mencapai ketinggian h1 . Hubungan antara tekanan P1 terhadap ketinggian air adalah
P_1=P_0+ ρgh_1
Infus set yang sekaligus terhubung pada botol infus digantung pada statif dengan ketinggian tertentu (h2). Nilai tekanan cairan infus di ujung lubang botol adalah P2 yang merupakan tekanan hidrostatik cairan sebagai fungsi ketinggian sebagai :
P_2= P_0+ ρgh_2
Tekanan dalam botol infus yang lebih besar disbanding tekanan pembuluh vena inilah yang menyebabkan cairan dalam botol infus menetes masuk kedalam selang infus mmenuju pembuluh vena. Selisih tekanan tersebut sebanding dengan kecepatan aliran cairan dalam selang infus. Dalam prakteknya kecepatan aliran dalam selang dapat diatur dengan klem penjepik selang, Semakin erat klem menjepit selang, semakin lambat alirannya.
Gambar 1 : Model fisis terapi intravena
C. ALAT DAN BAHAN
Statif
Infus set
Botol infus
Gelas ukur
Stopwatch
Klem penjepit selang
Tabung bertekanan
Pompa pengatur tekanan
Manometer
D. PROSEDUR KERJA
Menentukan Volume Tetes dan Laju Alir Cairan Infus
Memasang botol infus dan infus set pada ketinggian 100 cm diatas botol
Mengatur klem penjepit sedemikian hingga cairan infus tidak menetes
Meyiapkan stopwatch dan gelas ukur
Mengatur klem penjepit hingga cairan menetes secara perlahan sekitar 1 tetes/detik
Menampung tetesan cairan yang keluar dari selang infus kedalam gelas ukur
Mencatat volume cairan yang terdapat pada gelas ukur untuk 50 tetes cairan
Mengamati waktu yang diperlukan untuk 50 tetes dengan menggunakan stopwatch
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Terhadap Perubahan Tekanan Botol untuk Ketinggian Botol Tertentu
Menaikkan tekanan dalam botol menggunakan pompa hingga mencapai 50 mmHg
Mengamati waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 50 tetes cairan
Mengulangi untuk nilai tekanan dalam botol lain
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Cairan Terhadap Ketinggian Botol Infus untuk Tekanan Botol Tertentu
Menaikkan tekanan dalam botol hingga cairan dalam botol infus berhenti menetes
Menaikkan botol infus hingga mencapai 125 cm
Mengamati waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 50 tetes cairan
Mengulangi dengan ketinggian yang lain yaitu 150 cm dan 175 cm
DATA HASIL PENGAMATAN
Menentukan Volume Tetes dan Laju Alir Cairan Infus
Tabel 1.
Waktu Tetes 97 s
Jumlah Tetesan 50 tetes
Ketinggian 100 cm
Volume 3 ml
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Terhadap Perubahan Tekanan Botol (P1) untuk Ketinggian Botol Tertentu
Tabel 2.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s)
1. 40 50 100 322
2. 50 50 100 396
3. 60 50 100 647
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Cairan Terhadap Ketinggian Botol Infus untuk Tekanan Botol Tertentu
Tabel 3.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s)
1. 110 50 125 1312
2. 110 50 150 803
3. 110 50 175 517
ANALISIS DATA
Menentukan Volume Tetes dan Laju Alir Cairan Infus
Volume yang diperoleh untuk 50 tetes cairan infus yaitu sebanyak 4,5 ml dengan waktu yang diperlukan yaitu sebesar 60 detik
Maka untuk volume per-tetesnya dapat diperoleh:
Voi = 3 ml / 50 tetes
Voi = 0.06 ml/tetes
Sehingga, dapat diketahui laju alirnya,yaitu:
V = 50 tetes / 97 secon
V = 0,515 tetes/secon
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Terhadap Perubahan Tekanan Botol (P1) untuk Ketinggian Botol Tertentu
Untuk mencari Laju alir digunakan rumus:
Tabel 4.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s) Laju Alir
(tetes/s)
1. 40 50 100 322 0,155
2. 50 50 100 396 0,126
3. 60 50 100 647 0,077
V = 50 tetes / 322 secon
V = 0,155 tetes/secon
V = 50 tetes/396 secon
V = 0,126 tetes/secon
V = 50 tetes/ 647 secon
V = 0,077 tetes/secon
Dengan menggunakan persamaan:
P1 + ρ1g1h1 + v12 = P2 + ρ2g2h2 + v22
P1 + v12 = 0 + v22
P1 = v22
Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa tekanan yang ada dalam botol tersebut berbanding terbalik dengan kecepatan aliran cairan infus yang berarti bahwa semakin besar tekanan botol, maka akan semakin lambat kecepatan aliran / laju alir dari cairan infus tersebut.
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Cairan Terhadap Ketinggian Botol Infus untuk Tekanan Botol Tertentu
Untuk mencari Laju alir digunakan rumus:
Tabel 5.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s) Laju Alir
(tetes/s)
1. 110 50 125 1312 0,03
2. 110 50 150 803 0,06
3. 110 50 175 517 0,09
V = 50 tetes/1312 secon
V = 0.03 tetes/secon
V = 50 tetes/803 secon
V = 0,06 tetes/secon
V = 50 tetes/517 secon
V = 0.09 tetes/secon
Dengan menggunakan persamaan:
P1 + ρ1g1h1 + v12 = P2 + ρ2g2h2 + v22
h1 + v12 = h2 + v22
0 + v12 = h2 + 0
v12 = h2
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kecepatan aliran dari cairan infus berbanding lurus dengan ketinggian botol yang berarti bahwa semakin tinggi botol infus, maka akan semakin cepat aliran dari cairan infus tersebut.
Membandingkan hasil pengukuran kecepatan alir cairan infus untuk masing – masing infus set
Pada percobaan perubahan tekanan botol pada ketinggian tertentu, yaitu semakin tinggi tekanan yang ada dalam botol maka laju alir akan semakin lambat
Pada percobaan perubahan ketinggian botol infus terhadap tekanan botol tekanan yang tetap, yaitu semakin tinggi posisi botol maka laju alirnya akan semakin cepat.
Menjelaskan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan alir dan ukuran tetesan cairan infus tersebut
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:
Tekanan dan ketinggian dari botol infus
Tekanan dalam botol yang dapat mengakibatkan cairan dalam botol naik kedalam selang hingga mencapai ketinggian h1, sehingga dapat diketahui hubungan antara tekanan botol dengan ketinggian air yang ada dalam botol adalah P1 = P0 + ρ1g1h1
PEMBAHASAN
Terapi intra-vena atau infus merupakan tindakan memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi, obat ke dalam tubuh melalui intravena yang biasanya diberikan kepada pasien yang tidak sadar, tidak dapat menelan, dehidrasi atau syok untuk memberikan garam yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Eksperimen terapi intra-vena ini memiliki tujuan yaitu memahami prinsip kerja terapi intra-vena, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus dan menentukan ukuran volume tetesan dan kecepatan aliran cairan infus. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu statif, infus set, botol infus, gelas ukur, stopwatch, klem penjepit selang, tabung bertekanan, pompa pengatur tekanan dan manometer.
Mekanisme kerja terapi intravena (infus) dapat dipelajari dengan menggunakan metode fisis tabung bertekanan yang berfungsi sebagai pembuluh vena. Pengaturan tekanan pada tabung bertekanan dengan menggunakan pompa yang nilainya diamati dengan manometer. Botol infus digantung pada statif dengan ketinggian yang divariasikan sesuai kebutuhan. Tekanan infus harus lebih besar dibandingkan tekanan pembuluh vena sehingga cairan dalam infus dapat menetes ke bawah. Jika tekanan infus lebih rendah dari tekanan pembuluh vena maka cairan di dalam vena (darah pasien) yang akan mengalir menuju tempat yang tekanannya lenih rendah yaitu botol infus.
Percobaan dalam eksperimen ini terbagi menjadi 3 yaitu yang pertama penentuan volume tetes dan laju alir cairan infus. Percobaan kedua yaitu penentuan hubungan antara laju alir terhadap perubahan tekanan botol untuk ketinggian botol tertentu dan percobaan ketiga yaitu penentuan hubungan antara laju cairan terhadap ketinggian botol infus untuk tekanan botol tertentu. Pada percobaan pertama diperoleh data waktu yang diperlukan untuk 50 tetes cairan adalah 156 detik dengan volumenya 3 ml.
Percobaan kedua diperoleh data yaitu dengan tekanan 40 mmHg waktu yang diperlukan 50 tetes cairan untuk menetes adalah 5 menit 36 detik, pada tekanan 50 mmHg waktu yang diperlukan 6 menit 22 detik dan pada tekanan 60 mmHg waktu yang diperlukan selama 11 menit 47 detik. Percobaan ini menunjukkan bahwa semakin besar tekanan dalam botol maka semakin lama cairan infus akan menetes, sehingga diperlukan waktu yang cukup lama 50 tetes cairan untuk menetes.
Percobaan ketiga, dengan tekanan dibuat konstan yaitu 110 mmHg dan mengubah ketinggian botol infus diperoleh data bahwa pada ketinggian 125 cm waktu yang diperlukan untuk 50 tetes cairan menetes selama 21 menit 52 detik, pada ketinggian 150 cm waktu yang diperlukan selama 13 menit 23 detik dan pada ketinggian 175 cm waktu yang diperlukan adalah 8 menit 37 detik. Percobaan krtiga ini menunjukkan bahwa pada tekanan yang sama, semakin tinggi jarak botol infus dengan botol maka akan semakin cepat cairan tersebut menetes, sehingga waktu yang diperlukan 50 tetes cairan untuk menetes cukup singkat.
Hasil percobaan pada eksperimen ini menunjukkan bahwa prinsip kerja terapi intra vena dapat diketahui dengan model fisis tabung bertekanan yang berfungsi sebagai pembuluh vena. Pengaturan tekanan dilakukan dengan menggunakan pompa dan melihat besar tekanan yang diberkan dengan menggunakan manometer, serta ketinggian dalam terapi intra vena sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran infus. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus yaitu ketinggian botol infus terhadap tabung bertekanan, tekanan pada tabung bertekanan, selang yang digunakan panjang dan besar kecilnya juga memiliki pengaruh terhadap aliran cairan infus.
KESIMPULAN
Prinsip kerja terapi intra vena adalah dengan model fisis tabung bertekanan yang berdasarkan hukum tekanan hidrostatis dan prinsip tekanan Bernoulli.
Faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus yaitu tekanan, ketinggian serta panjang dan lebarnya selang yang digunakan.
Ukuran volume tetesan sebesar 0.06 ml/tetes dan kecepatan aliran infus sebesar 0,515 tetes/secon.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Eugene.1988. Ilmu Biofisika, alih bahasa : Drs. Redjani dan Prof.
Abdul Basir. Surabaya : Airlangga University Press.
Halliday, D., & Resnick, R. (1989).Fundamental of Physics (3rd ed.). USA: John
Wiley and Sons, inc.
FISIKA EKSPERIMENTAL II
TERAPI INTRA VENA (INFUS)
Pelaksanaan Pratikum
Hari : Senin Tanggal : 16 September 2019 Jam ke : 11-12
Oleh :
Asthesia Dhea Cantika ( 081711333020 )
Renza Anggieta M M ( 081711333082 )
Sofian Iramanda ( 081711333083 )
Yessi Okta Intani ( 081711333084 )
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Suhariningsih
Nurul Fitriyah,S.Si., M.Sc
LABORATORIUM BIOFISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
ABSTRAK
Terapi intra-vena atau infus merupakan tindakan memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi, obat ke dalam tubuh melalui intravena yang biasanya diberikan kepada pasien yang tidak sadar, tidak dapat menelan, dehidrasi atau syok untuk memberikan garam yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Praktikum Terapi Intra Vena (,Infus) ini bertujuan untuk memahami prinsip kerja terapi intra-vena, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus dan menentukan ukuran volume tetesan dan kecepatan aliran cairan infus. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu statif, infus set, botol infus, gelas ukur, stopwatch, klem penjepit selang, tabung bertekanan, pompa pengatur tekanan dan manometer. Praktikum ini ada 3 hal yang dilakukan yaitu, penentuan volume tetes dan laju alir cairan infus, penentuan hubungan antara laju alir terhadap perubahan tekanan botol untuk ketinggian botol tertentu dan penentuan hubungan antara laju cairan terhadap ketinggian botol infus untuk tekanan botol tertentu. Hasil percobaan pada eksperimen ini menunjukkan bahwa prinsip kerja terapi intra vena dapat diketahui dengan model fisis tabung bertekanan yang berfungsi sebagai pembuluh vena. Pengaturan tekanan dilakukan dengan menggunakan pompa dan melihat besar tekanan yang diberkan dengan menggunakan manometer, serta ketinggian dalam terapi intra vena sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran infus
.
Kata kunci : Terapi intra-vena, tekanan, ketinggian.
A. TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja terapi intra-vena
2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus
3. Menentukan ukuran volume tetesan dan kecepatan aliran cairan infus.
B. DASAR TEORI
Di Indonesia yang merupakan daerah tropis banyak dijumpai gejala penyakit bersifat mewabah seperti muntaber dan demam berdarah. Penderita penyakit tersebut sering membutuhkan intravena. Terapi ini bertujuan mengembalikan keseimbangan cairan tubuh yang merosot akibat penyakit-penyakit tersebut. Terapi intravena atau yang dikenal sebagai pemberian cairan infus pada penderita penyakit yang mengalami ketidakseimbangan cairan tubuh seperti pulih yang diharapkan.
Proses pemberian cairan infus harus dilakukan dengan teliti dan cermat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian cairan infus, antara lain:
Pemilihan jenis larutan infus yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien
Pemilihan volume botol cairan
Penentuan kecepatan aliran cairan yang disesuaikan dengan kebutuhan terapi
Kontinuitas aliran cairan harus terjaga dengan baik
Volume dan kecepatan aliran cairan infus sangat ditentukan oleh jenis dan ukuran botol maupun perangkat selang yang digunakan.
Berdasarkan ukuran volumenya botol infus yang banyak digunakan di rumah sakit adalah botol infus dengan volume 250 ml dan 500 ml. Pemilihan jenis botol ini dengan pertimbangan waktu, jumlah, dan kebutuhan akan jenis larutan yang dibutuhkan. Dalam proses terapi sering dilakukan perubahan jenis cairan infus yang digunakan, sehingga komposisi, jenis, dan volume cairan yang digunakan harus diusahakan secara optimal.
Selain pertimbangan volume dalam proses terapi intravena juga harus memperhatikan kecepatan aliran cairan tubuh yang disesuaikan kondisi pasien. Kecepatan aliran cairan infus yang dibutuhkan orang tua berbeda dengan anak-anak maupun belita. Berdasarkan pertimbangan inidalam prakteknya secara garis besar terdapat dua model infus set, yakni infus berskala mikro dan makro. Dalam perkembangannya terdapat beberapa tipe infus dengan variasi ukuran volume tetes cairan yang beragam, sesuai kebutuh erapi.
Infus berskala mikro diguakan pada pasien balita, secara kualitatif infus mikro ini memeberikan 60 tetesan cairan per ml. Adapun infus berskala makro digunakan pada pasien dewas, dengan 20 tetesan per ml cairan yang diberikan. Untuk mengatur kecepatan aliran pada selang infus dipasang klem penjepit yang berfungsi mereduksi kecepatan aliran tersebut.
Untuk mengetahui mekanisme kerja terapi infus digunakan model fisis terapi intravena seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Botol bertekanan meupakan model untuk pembuluh vena bertekanan P1 (tekanan diastolik). Pengaturan nilai tekanan diastolic tersebut dilakukan dengan menggunakan pompa. Adapun nilai tekanan diukur dengan manometer (M). Tekanan dalam botol yang menggambarkan tekanan diastolic sebesar P1 mengakibatkann air dalam botol naik ke dalam selang hingga mencapai ketinggian h1 . Hubungan antara tekanan P1 terhadap ketinggian air adalah
P_1=P_0+ ρgh_1
Infus set yang sekaligus terhubung pada botol infus digantung pada statif dengan ketinggian tertentu (h2). Nilai tekanan cairan infus di ujung lubang botol adalah P2 yang merupakan tekanan hidrostatik cairan sebagai fungsi ketinggian sebagai :
P_2= P_0+ ρgh_2
Tekanan dalam botol infus yang lebih besar disbanding tekanan pembuluh vena inilah yang menyebabkan cairan dalam botol infus menetes masuk kedalam selang infus mmenuju pembuluh vena. Selisih tekanan tersebut sebanding dengan kecepatan aliran cairan dalam selang infus. Dalam prakteknya kecepatan aliran dalam selang dapat diatur dengan klem penjepik selang, Semakin erat klem menjepit selang, semakin lambat alirannya.
Gambar 1 : Model fisis terapi intravena
C. ALAT DAN BAHAN
Statif
Infus set
Botol infus
Gelas ukur
Stopwatch
Klem penjepit selang
Tabung bertekanan
Pompa pengatur tekanan
Manometer
D. PROSEDUR KERJA
Menentukan Volume Tetes dan Laju Alir Cairan Infus
Memasang botol infus dan infus set pada ketinggian 100 cm diatas botol
Mengatur klem penjepit sedemikian hingga cairan infus tidak menetes
Meyiapkan stopwatch dan gelas ukur
Mengatur klem penjepit hingga cairan menetes secara perlahan sekitar 1 tetes/detik
Menampung tetesan cairan yang keluar dari selang infus kedalam gelas ukur
Mencatat volume cairan yang terdapat pada gelas ukur untuk 50 tetes cairan
Mengamati waktu yang diperlukan untuk 50 tetes dengan menggunakan stopwatch
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Terhadap Perubahan Tekanan Botol untuk Ketinggian Botol Tertentu
Menaikkan tekanan dalam botol menggunakan pompa hingga mencapai 50 mmHg
Mengamati waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 50 tetes cairan
Mengulangi untuk nilai tekanan dalam botol lain
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Cairan Terhadap Ketinggian Botol Infus untuk Tekanan Botol Tertentu
Menaikkan tekanan dalam botol hingga cairan dalam botol infus berhenti menetes
Menaikkan botol infus hingga mencapai 125 cm
Mengamati waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 50 tetes cairan
Mengulangi dengan ketinggian yang lain yaitu 150 cm dan 175 cm
DATA HASIL PENGAMATAN
Menentukan Volume Tetes dan Laju Alir Cairan Infus
Tabel 1.
Waktu Tetes 97 s
Jumlah Tetesan 50 tetes
Ketinggian 100 cm
Volume 3 ml
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Terhadap Perubahan Tekanan Botol (P1) untuk Ketinggian Botol Tertentu
Tabel 2.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s)
1. 40 50 100 322
2. 50 50 100 396
3. 60 50 100 647
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Cairan Terhadap Ketinggian Botol Infus untuk Tekanan Botol Tertentu
Tabel 3.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s)
1. 110 50 125 1312
2. 110 50 150 803
3. 110 50 175 517
ANALISIS DATA
Menentukan Volume Tetes dan Laju Alir Cairan Infus
Volume yang diperoleh untuk 50 tetes cairan infus yaitu sebanyak 4,5 ml dengan waktu yang diperlukan yaitu sebesar 60 detik
Maka untuk volume per-tetesnya dapat diperoleh:
Voi = 3 ml / 50 tetes
Voi = 0.06 ml/tetes
Sehingga, dapat diketahui laju alirnya,yaitu:
V = 50 tetes / 97 secon
V = 0,515 tetes/secon
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Terhadap Perubahan Tekanan Botol (P1) untuk Ketinggian Botol Tertentu
Untuk mencari Laju alir digunakan rumus:
Tabel 4.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s) Laju Alir
(tetes/s)
1. 40 50 100 322 0,155
2. 50 50 100 396 0,126
3. 60 50 100 647 0,077
V = 50 tetes / 322 secon
V = 0,155 tetes/secon
V = 50 tetes/396 secon
V = 0,126 tetes/secon
V = 50 tetes/ 647 secon
V = 0,077 tetes/secon
Dengan menggunakan persamaan:
P1 + ρ1g1h1 + v12 = P2 + ρ2g2h2 + v22
P1 + v12 = 0 + v22
P1 = v22
Dari persamaan diatas, dapat diketahui bahwa tekanan yang ada dalam botol tersebut berbanding terbalik dengan kecepatan aliran cairan infus yang berarti bahwa semakin besar tekanan botol, maka akan semakin lambat kecepatan aliran / laju alir dari cairan infus tersebut.
Menentukan Hubungan Antara Laju Alir Cairan Terhadap Ketinggian Botol Infus untuk Tekanan Botol Tertentu
Untuk mencari Laju alir digunakan rumus:
Tabel 5.
No. Tekanan
(mmHg) Jumlah Tetes Ketinggian
(cm) Waktu Alir
(s) Laju Alir
(tetes/s)
1. 110 50 125 1312 0,03
2. 110 50 150 803 0,06
3. 110 50 175 517 0,09
V = 50 tetes/1312 secon
V = 0.03 tetes/secon
V = 50 tetes/803 secon
V = 0,06 tetes/secon
V = 50 tetes/517 secon
V = 0.09 tetes/secon
Dengan menggunakan persamaan:
P1 + ρ1g1h1 + v12 = P2 + ρ2g2h2 + v22
h1 + v12 = h2 + v22
0 + v12 = h2 + 0
v12 = h2
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kecepatan aliran dari cairan infus berbanding lurus dengan ketinggian botol yang berarti bahwa semakin tinggi botol infus, maka akan semakin cepat aliran dari cairan infus tersebut.
Membandingkan hasil pengukuran kecepatan alir cairan infus untuk masing – masing infus set
Pada percobaan perubahan tekanan botol pada ketinggian tertentu, yaitu semakin tinggi tekanan yang ada dalam botol maka laju alir akan semakin lambat
Pada percobaan perubahan ketinggian botol infus terhadap tekanan botol tekanan yang tetap, yaitu semakin tinggi posisi botol maka laju alirnya akan semakin cepat.
Menjelaskan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan alir dan ukuran tetesan cairan infus tersebut
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:
Tekanan dan ketinggian dari botol infus
Tekanan dalam botol yang dapat mengakibatkan cairan dalam botol naik kedalam selang hingga mencapai ketinggian h1, sehingga dapat diketahui hubungan antara tekanan botol dengan ketinggian air yang ada dalam botol adalah P1 = P0 + ρ1g1h1
PEMBAHASAN
Terapi intra-vena atau infus merupakan tindakan memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi, obat ke dalam tubuh melalui intravena yang biasanya diberikan kepada pasien yang tidak sadar, tidak dapat menelan, dehidrasi atau syok untuk memberikan garam yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Eksperimen terapi intra-vena ini memiliki tujuan yaitu memahami prinsip kerja terapi intra-vena, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus dan menentukan ukuran volume tetesan dan kecepatan aliran cairan infus. Alat dan bahan yang diperlukan yaitu statif, infus set, botol infus, gelas ukur, stopwatch, klem penjepit selang, tabung bertekanan, pompa pengatur tekanan dan manometer.
Mekanisme kerja terapi intravena (infus) dapat dipelajari dengan menggunakan metode fisis tabung bertekanan yang berfungsi sebagai pembuluh vena. Pengaturan tekanan pada tabung bertekanan dengan menggunakan pompa yang nilainya diamati dengan manometer. Botol infus digantung pada statif dengan ketinggian yang divariasikan sesuai kebutuhan. Tekanan infus harus lebih besar dibandingkan tekanan pembuluh vena sehingga cairan dalam infus dapat menetes ke bawah. Jika tekanan infus lebih rendah dari tekanan pembuluh vena maka cairan di dalam vena (darah pasien) yang akan mengalir menuju tempat yang tekanannya lenih rendah yaitu botol infus.
Percobaan dalam eksperimen ini terbagi menjadi 3 yaitu yang pertama penentuan volume tetes dan laju alir cairan infus. Percobaan kedua yaitu penentuan hubungan antara laju alir terhadap perubahan tekanan botol untuk ketinggian botol tertentu dan percobaan ketiga yaitu penentuan hubungan antara laju cairan terhadap ketinggian botol infus untuk tekanan botol tertentu. Pada percobaan pertama diperoleh data waktu yang diperlukan untuk 50 tetes cairan adalah 156 detik dengan volumenya 3 ml.
Percobaan kedua diperoleh data yaitu dengan tekanan 40 mmHg waktu yang diperlukan 50 tetes cairan untuk menetes adalah 5 menit 36 detik, pada tekanan 50 mmHg waktu yang diperlukan 6 menit 22 detik dan pada tekanan 60 mmHg waktu yang diperlukan selama 11 menit 47 detik. Percobaan ini menunjukkan bahwa semakin besar tekanan dalam botol maka semakin lama cairan infus akan menetes, sehingga diperlukan waktu yang cukup lama 50 tetes cairan untuk menetes.
Percobaan ketiga, dengan tekanan dibuat konstan yaitu 110 mmHg dan mengubah ketinggian botol infus diperoleh data bahwa pada ketinggian 125 cm waktu yang diperlukan untuk 50 tetes cairan menetes selama 21 menit 52 detik, pada ketinggian 150 cm waktu yang diperlukan selama 13 menit 23 detik dan pada ketinggian 175 cm waktu yang diperlukan adalah 8 menit 37 detik. Percobaan krtiga ini menunjukkan bahwa pada tekanan yang sama, semakin tinggi jarak botol infus dengan botol maka akan semakin cepat cairan tersebut menetes, sehingga waktu yang diperlukan 50 tetes cairan untuk menetes cukup singkat.
Hasil percobaan pada eksperimen ini menunjukkan bahwa prinsip kerja terapi intra vena dapat diketahui dengan model fisis tabung bertekanan yang berfungsi sebagai pembuluh vena. Pengaturan tekanan dilakukan dengan menggunakan pompa dan melihat besar tekanan yang diberkan dengan menggunakan manometer, serta ketinggian dalam terapi intra vena sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran infus. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus yaitu ketinggian botol infus terhadap tabung bertekanan, tekanan pada tabung bertekanan, selang yang digunakan panjang dan besar kecilnya juga memiliki pengaruh terhadap aliran cairan infus.
KESIMPULAN
Prinsip kerja terapi intra vena adalah dengan model fisis tabung bertekanan yang berdasarkan hukum tekanan hidrostatis dan prinsip tekanan Bernoulli.
Faktor yang mempengaruhi aliran cairan infus yaitu tekanan, ketinggian serta panjang dan lebarnya selang yang digunakan.
Ukuran volume tetesan sebesar 0.06 ml/tetes dan kecepatan aliran infus sebesar 0,515 tetes/secon.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Eugene.1988. Ilmu Biofisika, alih bahasa : Drs. Redjani dan Prof.
Abdul Basir. Surabaya : Airlangga University Press.
Halliday, D., & Resnick, R. (1989).Fundamental of Physics (3rd ed.). USA: John
Wiley and Sons, inc.
Comments
Post a Comment